DONGGALA – Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Palu terus berkomitmen melakukan pemberdayaan masyarakat guna menumbuhkan perekonomian masyarakat pedesaan. Kali ini, melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM), Unismuh Palu menyasar kelompok pengrajin pembuat arang dan briket tempurung kelapa sebagai alternatif pengganti minyak tanah, di Sipeso Kecamatan Sindue Tobata kabupaten Donggala. Kegiatan itu berlangsung dari April hingga Desember 2018 mendatang.
Ketua tim Pengusul, Guasmin SE MM mengatakan, kegiatan PKM itu dilakukan guna membantu masyarakat dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ditemukan di lapangan, seperti kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki anggota kelompok mitra dalam pengolahan tempurung dan sabuk kelapa. Kemudian proses pembuatan arang dilakukan secara tradisional sehingga lama baru menghasilkan arang tempurung.
Selain itu, kurangnya penguasaan teknologi khususnya Teknologi Tepat Guna (TTG), sehingga produk arang dan briket yang dihasilkan masih memiliki kadar air yang tinggi, sehingga tidak bisa diekspor, dan penguatan kelembagaan kelompok sangat lemah, baik manejemen maupun pengembangan usaha. “Ada dua Kelompok mitra yang kami sasar yaitu Kelompok Kreatif I yang dipimpin oleh Ranzan dan Kelompok Kreatif II yang diketuai oleh M. Rivai,” jelasnya kepada Radar Sulteng, Selasa (21/8).
Kata dia, dari permasalahan yang ada, sejumlah solusi ditawarkan, diantaranya melakukan penyuluhan dimana melalui program PKM akan dikembangkan sosialisasi kepada masyarakat dan kelompok mitra untuk menjunjung tinggi tujuan program PKM yang akan dicapai. “Oleh karena itu, setiap tahapan kegiatan program PKM ini, selalu didahului dengan penyuluhan, sehingga kapasitas kelompok menjadi kuat dan berdaya,” jelasnya.
Selain itu, lanjut Guasmin, pihaknya juga melakukan pengembangan pelatihan teknis, dimana melalui pelatihan diharapkan dapat mengatasi permasalahan kelompok mitra, sehingga kelompok mitra dapat tumbuh dan berkembang sebagai wirausaha yang mandiri secara ekonomi. “Adapun kegiatan pelatihan teknis yang ditawarkan dalam program PKM adalah pembuatan arang tempurung secara cepat yaitu hanya 6-7 jam, yang berkadar air rendah, dibawah 5C, sehingga memenuhi persyaratan ekspor,” jelasnya.
Selain itu, juga ada pelatihan pembuatan briket dari sabuk/tempurung kelapa sebagai alternatif pengganti minyak tanah dan gas, sekaligus langsung demo produk briket tempurung untuk ujicoba memasak. “Kami juga memberikan Pelatihan Non Teknis untuk penguatan kelembagaan mitra,” jelasnya.
Adapun materi yang dikembangkan dalam Pelatihan Non Teknis yaitu Penguatan kelembagaan kelompok mitra oleh Drs Muh Jufri MSi, kemudian Pengembangan manajemen kewirausahaan kelompok mitra yang meliputi praktek pembukuan yang dibawakan oleh Wakil Rektor II Unismuh Palu, Dr Ali Supriadi SE MM. “Kemudian ada materi strategi pemasaran hasil produk kelompok mitra yang dibawakan oleh Bapak Rektor Unismuh Palu, Dr H Rajinra SE MM,” jelasnya.
Kata Guasmin, yang kala itu didampingi Mohamad Andri SKM MKes selaku anggota tim pengusul, mengatakan, pihaknya juga melibatkan mahasiswa dalam kegiatan itu. Selain itu, juga melakukan kunjungan ke tempat perusahaan pengekspor arang dan sekaligus untuk kerjasama dalam pemasaran produk. “Kami juga melakukan pendampingan kelompok mitra yang berkelanjutan penguatan kelompok, manajemen kewirausahaan, pemasaran produk, dan lain-lain,” tandasnya.
Melalui kegiatan PKM itu, lanjut Guasmin, diharapkan terjadi peningkatan Sumber Daya Manusia bagi masyarakat pedesaan melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan dan penguasaan teknologi atau Teknologi Tepat Guna. “Dengan sentuhan TTG, proses pembuatan arang tempurung akan semakin cepat,” jelasnya.
Selain itu, produk arang yang dihasilkan berkadar air rendah dibawah 5C, sehingga bisa dipasarkan di perusahaan ekspor dan harga jualnya juga akan tinggi. Bahkan limbah bangan arang dapat dibuat briket sebagai pengganti minyak tanah. “Melalui pembuatan arang dan briket dapat mengatasi limbah olahan kopra,” tandasnya.
Masih menurut Guasmin, program PKM merupakan program pemberdayaan masyarakat yang berbasis pada pelibatan masyarakat atau peran serta masyarakat, baik individu, kelompok, maupun komunitas. “Dengan pemberdayaan masyarakat, maka masyarakat berdaya melalui dorongan atau motivasi untuk membangkitkan kesadaran terhadap pengembangan potensi sumber daya yang dimiliki,” jelasnya.
Lebih lanjut Guasmin, mengatakan bahwa pendekatan yang dibagun dalam kegiatan PKM itu adalah learning by doing artinya belajar sambil bekerja atau berusaha. Oleh karena itu, kelompok mitra dapat berkembang dan kerkelanjutan menuju kemandirian kelompok. “Pembuatan arang dan briket ini merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi langkahnya minyak tanah di Desa Sipeso. Selain itu, untuk mengatasi sanitasi lingkungan yang diakibatkan limbah olahan kelapa berupa sabut kelapa dan tempurung kelapa. Dan sasaran akhirnya adalah terbentuknya kelompok wirausaha arang yang berkualitas dan usaha briket dari limbah olahan kelapa yang mandiri, tentu dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan dapat membuka lapangan kerja di Desa Sipeso,” pungkasnya.(fer)