Menghadapi era revolusi industri 4.0, peran dosen dalam perguruan tinggi sangat penting dan strategis. Di era digitalisasi, seorang dosen harus mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi.

Rektor Universitas Muhammadiyah Palu, Dr., Rajindra, SE., MM., melalui Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama Universitas Muhammadiyah Palu, Dr Rafiuddin Nurdin, S.P.,M.H,.M.P. mengatakan, untuk menghasilkan lulusan yang memiliki daya saing tinggi dan siap berkompetisi dibutuhkan dosen yang memiliki kompetensi inti keilmuan (core competence) yang kuat, mempunyai soft skill, critical thinking, kreatif, komunikatif dan mampu berkolaborasi dengan baik dengan mahasiswa.

“Dosen harus mampu beradaptasi terhadap revolusi industri 4.0. Pola pembelajaran tidak bisa lagi memakai pola yang lama, dosen harus mampu mengikuti perkembangan teknologi, sehingga mampu menghasilkan lulusan berdaya saing tinggi,” ungkapnya belum lama ini.

Era revolusi industri 4.0, adalah era dimana dunia industri digital telah menjadi suatu paradigma dan acuan dalam tatanan kehidupan. Sehingga diperlukan literasi baru sebagai modal untuk berkiprah dikehidupan masyarakat.

Literasi baru itu yang pertama adalah literasi data, yakni terkait dengan kemampuan membaca, menganalisis dan membuat konklusi berpikir berdasarkan data dan informasi yang diperoleh. Kedua adalah literasi teknologi, yakni terkait dengan kemampuan memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi, dan bekerja berbasis produk teknologi.

Ketiga atau yang terakhir adalah literasi manusia, yakni terkait dengan kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, kreatif dan inovatif. “Untuk itu, tugas dunia pendidikan saat ini, melalui proses pembelajarannya perlu ada penguatan kompetensi bidang keilmuan, dan keahlian profesi,” ungkap Warek I.

Dengan demikian katanya, perlu adanya re-orentasi baru dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi khususnya, yakni dalam proses pembelajaran perlu mengintegrasi capaian ditiga bidang simultan dan terpadu, yaitu capaian literasi lama, capaian literasi baru, dan capaian literasi keilmuan.

Ia melanjutkan, jika dibandingkan Jepang dengan Indonesia, Indonesia saat ini telah tertinggal selangkah, dimana Indonesia masih berkutat pada pemanfaatan sistem digital, metode daring, blended learning system dalam proses pengajaran.

Sementara di Jepang, telah berada pada era Society 5.0  yang berorentasi pada masyarakat, komunitas, dan peradaban. Era 5.0 adalah sebuah era mendigitalisasi seluruh aspek kehidupan dengan used teknologi baru untuk menyelesaikan permasalahan sosial dan ekonomi. Seperti krisis buruh, tenaga kerja tua tidak produktif, digantikan oleh mesin sebagai AI, Artificial intelligence (AI) / kecerdasan buatan.

“Untuk itu, sebagai tenaga pendidik, harus terus mengasah kemampuan, sekaligus mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi perubahan yang begitu cepat” pesannya.

Sumber: https://sultengraya.com/78265/dosen-harus-bisa-beradaptasi-di-era-revolusi-industri-4-0/