Ketum Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dr. Haedar Nasir, mengaku termasuk orang yang menjadi bagian dari saksi perjalanan kemajuan Kampus Universitas Muhammadiyah Palu, sejak dirintis dan didirikan oleh Rusdy Toana bersama para tokoh Muhammadiyah Sulteng lainnya tahun 1983, diatas lahan 13 hektar.

Ia mengingat persis bagaimana perjuangan para perintis dan pendiri kampus biru ini, sampai hampir setiap bulan menelpon dirinya menanyakan siapa saja orang PP langsung dari Jakarta maupun dari Jogjakarta yang mau datang ke Sulawesi Tengah.

Karena setiap ada orang PP datang ke Sulawesi Tengah, mereka memanfaatkan untuk mengisi kuliah tamu, sekalipun kampus biru Unismuh Palu kala itu masih sangat sederhana.

“Kini sudah ada empat rektor setelah Almarhum Pak Rusdi Toana, tentu kemajuan kampus juga sudah begitu banyak perubahan, dan ini perlu dipertahankan,” pesan Haedar, saat mengisi tausiah di Islamic Center Unismuh Palu. Ahad (1/9/2019).

Kampus kata orang nomor satu di Muhammadiyah ini, adalah cermin dari spirit pergerakan, dari kecil tumbuh hingga menjadi besar. Maka menjadi tugas semua bagi anggota perserikatan, baik yang ada di dalam kampus maupun yang di luar kampus se-Sulawesi Tengah untuk menjaganya, merawat dan membesarkannya dan menjadi pusat keunggulan Muhammadiyah.

Dinamika boleh terjadi kata Haedar, namun jangan sampai bangunan yang sudah terbina sejak awal ini retak, yakni bangunan utama persatuan dan kesatuan dalam wadah perserikatan. Sebab jika itu rekat, maka pembangunan yang lain akan terkendala, sebab kekuatan utama adalah persatuan dalam wadah perserikatan.

Selain itu kata Haedar, mahasiswa juga harus memiliki jiwa kebanggaan Almamater. “Karena kampus ini adalah bagian dari keseluruhan dari kampus-kampus Muhammadiyah yang memiliki keunggulan, dan insya Allah akan menjadi pilar kemajuan peradaban bangsa,” pesan Haedar.

Sementara itu, Rektor Universitas Muhammadiyah Palu, Dr. Rajindra, SE.,MM melaporkan, jika sepanjang dua tahun terakhir ini sejak dirinya didaulat sebagai Rektor di kampus ini, dirinya selaku Rektor menerapkan semua instruksi pimpinan pusat.

Sekalipun masih ada oknum-oknum dosen yang menolak penerapan instruksi PP secara menyeluruh. Namun itu tidak membuat dirinya kendor menerapkan instruksi PP, baginya intruksi PP bagian dari regulasi yang harus dijalankan.

Dia juga menyebutkan, jika Unismuh Palu sebelumnya hanya dipandang sebelah mata oleh orang lain. Namun dibawah kepemimpinannya secara bertahap kampus ini mulai dilirik oleh orang lain, bahkan mulai diperhitungkan. Bahkan baru-baru ini dirinya di undang oleh salah satu Perguruan Tinggi Negeri sebagai penguji eksternal. “Itu secara tidak langsung, menunjukan kampus ini mulai dilirik orang lain,” ungkap Rajindra.

Kini kampus ini berada dalam urutan teratas diantara urutan Perguruan Tinggi Swasta di Sulawesi Tengah, dan berada di urutan kedua dari seluruh perguruan tinggi di Sulawesi Tengah, itu bisa dilihat di laman Science and Technology Index (Sinta).

Untuk itu, Ia meminta kapada seluruh civitas akademika Unismuh Palu yang ada, agar bisa bersama-sama melakukan yang terbaik bukan hal yang buruk, jangan sampai hanya hal-hal yang kecil dipersoalkan antara satu sama lainnya karena itu adalah hal keliru. “Mari kita membangun Muhammadiyah di Sulawesi Tengah ini, mulai dari sekarang dan seterusnya, supaya Unismuh dan  kemudian Muhammadiyah itu sudah kelihatan karyanya di mata masyarakat,” pesan Rajindra.