Puluhan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Palu, bersama sejumlah kader Muhammadiyah dari sejumlah kabupaten di Sulawesi Tengah mengikuti Sekolah Kader Pemberdayaan Masyarakat (SEKAM) selama dua hari tiga malam, di Aula Rektorat.

Rektor Unismuh Palu, Dr. Rajindra, SE.,MM. dalam sambutannya menyampaikan, bahwa dalam mengabdikan diri di masyarakat tidak boleh menghitung untung rugi, serta tidak boleh melihat apalagi membeda-bedakan asal kelompok dan organisasinya.

“Pandang itu sebagai saudara semua yang membutuhkan bantuan kita. Inilah dakwah yang tidak melalui mimbar,” pesan Rektor. Sabtu (21/9/2019).

Rektor juga mengatakan, bahwa di Sulawesi Tengah khususnya potensi pertanian banyak sekali yang bisa dikembangkan sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat. Seperti labu, singkong, pisang, dan masih banyak lagi lainnya.

Jika itu diolah dan bernilai ekonomis bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani. Sebab tidak sedikit diantaranya hasil pertanian itu hanya diolah biasa-biasa saja dan tidak bernilai ekonomi, bahkan banyak diantaranya hanya dibuang. “Untuk itu perlu dilakukan pendampingan, agar mereka memiliki kemampuan mengolah sumber daya yang mereka miliki itu” katanya.

Sementara itu, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Tengah, Adi Sucipto, mengapresiasi kegiatan tersebut. Ia menilai ini adalah  salah satu bentuk kepedulian Perserikatan Muhammadiyah pada masyarakat, khususnya pada masyarakat terpinggirkan.

Agar bisa memiliki kemampuan akses dan mengurangi angka kemiskinan di masyarakat. Karena sudah menjadi fakta di masyarakat, begitu besar jurang perbedaan di masyarakat, kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. “Semoga kader yang mendapatkan pendidikan ini, bisa mengimplementasikan di daerahnya masing-masing,” harap Adi Sucipto.

Di tempat yang sama, Wakil Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah, Ahmad Ma’ruf SE. MM, berterimakasih atas support PWM dan Rektor Unismuh Palu.

Sekolah Kader Pemberdayaan Masyarakat (SEKAM) sendiri katanya telah menjadi rutinitas dilakukan di setiap daerah atau wilayah. Sebelumnya hanya dilakukan di Jakarta dan mengundang kader-kader yang ada di wilayah atau daerah untuk mengikuti sekolah ini, namun karena dinilai tidak efektif, kini dilakukan di wilayah atau di daerah. “Yang pastinya, setelah selesai sekolah, jangan bikin program banyak-banyak, bikin program satu atau dua saja, yang penting bisa jalan,” pesannya.

Ia menyebut seperti  Jaringan Tani Muhammadiyah (Jatam) yang sudah jalan di Kabupaten Sigi bisa dikembangkan. Perlu dipahami katanya, bahwa segala aktivitas ini adalah bagian dari dakwah yang diintegrasikan dengan kehidupan rill.

Dakwah ekonomi seperti ini dinilai sangat efektif, sebab masyarakat tidak berdaya akan cenderung lapar, sehingga perlu pemberdayaan. “Bagi perserikatan Muhammadiyah, selama masyarakat menderita, tidak ada istilah istirahat,” ungkapnya.

Sumber: https://sultengraya.com/84677/puluhan-mahasiswa-unismuh-palu-ikut-sekam/