Kurikulum Mitigasi Bencana akhirnya resmi masuk dalam kurikulum Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Palu, setelah sebelumnya menjadi salah satu topik bahasan di Rapat Kerja (Raker) Universitas Muhammadiyah di Bulan September lalu.

Hal tersebut sebagai bentuk respon atas instruksi Menristekdikti M. Nasir pada semua Perguruan Tinggi, baik negeri maupun swasta agar memasukan mitigasi bencana ke dalam kurikulum mereka di tahun 2019 ini, menyusul arahan Presiden Joko Widodo agar edukasi dan mitigasi bencana di masyarakat ditingkatkan.

Selain itu, mitigasi bencana juga dinilai telah menjadi kebutuhan lokal Sulawesi Tengah dan Kota Palu khususnya, karena daerah ini merupakan salah satu daerah paling rentan mengalami bencana alam di Indonesia, dilewati salah satu sesar paling aktif di dunia, yakni sesar Palu Koro.

Terlebih berdasarkan pengalaman 28 September 2018, Kota Palu dan sekitarnya diguncang gempa bumi 7,4 SR disusul tsunami dan likuifaksi, mengakibatkan korban ribuan jiwa, dan sebagian besar diantaranya disebabkan oleh minimnya pengetahuan mitigasi bencana.

Rektor Unismuh Palu, Dr Rajindra, melalui Wakil Rektor 1, Dr. Rafiuddin Nurdin, MP mengatakan, sebagai perguruan tinggi sudah menjadi kewajiban menjawab kebutuhan masyarakat, minimal mengedukasi mahasiswa, dan selanjutkan akan diteruskan ke masyarakat melalui PPL dan KKN sebagai wadah transformasi pengetahuan ke masyarakat.

Selain itu, sebagai bentuk keseriusan dalam hal edukasi mitigasi bencana, kampus ini juga telah menjalin kerjasama dengan Solidar Swiss, Unismuh akan menterjemahkan buku pedoman kebencanaan dan bukan hanya berlaku di kampus ini melainkan juga bisa digunakan se Indonesia.

“Insyah Allah, Selasa, 9 Oktober 2019, akan kami tandatangani kerjasama tersebut bersama dengan Solidar Swiss,” ungkap Rafiuddin Nurdin, Kamis (3/10/2019).

Sebelumnya, kampus ini juga sempat mengundang Akademisi Oregon State University, Prof. Michael K. Lindell, mengisi kuliah umum guna memperkuat pemahaman kebencanaan, pada Sabtu, (13/4/2019).

Dalam kuliah umum itu, guru besar Oregon State University ini memaparkan hasil penelitiannya bersama Teongkok terkait penanganan dalam menghadapi bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami. Mulai dari pencegahan dini, mitigasi, kesiap-siagaan dan peringatan dini.

Dalam pemaparannya, ia juga menyinggung pentingnya kearifan lokal (budaya) dalam menghadapi bencana alam itu. “Persoalan budaya sangat berpengaruh dalam menghadapi bencana alam itu,” ungkapnya di hadapan para dosen dan mahasiswa Unismuh Palu.

Selain itu, ia juga menekankan pentingnya pendidikan mitigasi bencana masuk di kurikulum pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, dan dapat ditransformasikan ke masyarakat lewat program-program pengabdian baik itu PPL maupun KKN.

Sumber: https://sultengraya.com/85375/mitigasi-bencana-resmi-masuk-dalam-kurikulum-unismuh/