Wakil Ketua Majelis Diklitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. H.M. Noor Rochmat Hadjam, SU mengingatkan kepada para dosen Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) agar dalam kehidupan sehari-hari senantiasa mengedepankan akhlak.
Katanya, itulah pembeda antara dosen PTMA dan dosen perguruan tinggi lainnya, karena dosen PTMA itu menjunjung tinggi akhlakul karimah sebagai bentuk implementasi misi kerasulan Rasulullah Muhammad SAW, yakni menyempurnakan akhlak yang mulia.
“Menjadi dosen PTMA itu harus mudah ketahuan, karena memiliki ahklak yang baik, sebagai bentuk implementasi dari misi Rasulullah, yakni rahmatan Lil Alamin,”ujar Prof Noor, saat melakukan silaturrahmi dengan para dosen di lingkungan Unismuh Palu, di Aula Rektorat, Rabu (2/2/2022).
Katanya Akhlaq dalam Islam itu meliputi dimensi batiniyah dan lahiriyah sekaligus, apa yang ada dalam hati dan apa yang tercermin dalam perilaku melalui organ-organ tubuh manusia.
Dimana akhlak itu merupakan sebuah sistem yang mengatur tindakan dan pola sikap manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dalam ajaran agama Islam, sistem nilai tersebut merupakan sumber ijtihad sebagai salah satu metode berpikir secara islami. Akhlak memicu terjadinya tindakan dan hubungan antara Allah, sesama manusia dan alam semesta.
Sebagai seorang dosen katanya, akhlak mulia itu tidak hanya diperaktekan di hadapan mahasiswa agar bisa jadi tuntunan, melainkan juga terhadap sesama dosen, dan atasan. “Dalam mengkritik pimpinan juga harus berahlak, tidak perlu disebarluaskan di media sosial,”pesannya.
Ia mencontohkan apa yang dilakukan oleh Pak A.R. Fachruddin selaku Ketua PP Muhammadiyah kalah itu, mengkritik Soeharto selaku presiden tanpa menyinggu perasaan Soeharto.
Karena Pak AR memahami betul jika Soeharto adalah orang jawa yang menjungjung tinggi budaya jawa, sehingga saat mengkritik Soeharto, Pak AR tidak berbicara di media massa, melainkan ia menulis surat menggunakan tulisan Jawa, sehingga Soeharto justru merasa bernostalgia dengan budaya Jawa. Sedikitpun rasa amarah tidak ada. Sekalipun isinya adalah berupa kritikan atas kebijakan-kebijakan pemerintah kala itu.
Lebih lanjut kata Prof Noor, sebagai seorang kader Muhammadiyah dalam mengkritik siapapun, termasuk mengkritik pimpinan harus senantiasa mengedepankan akhlak, kritik disertai dengan solusi, apalagi sebagai seorang akademisi adalah orang-orang terdidik. “Jadilah tuntunan, jangan jadi tontonan,”pesannya.
ementara itu, Rektor Unismuh Palu, Prof. Dr. H. Rajindra, SE., MM mengucapkan banyak terimakasih atas kehadiran dan pencerahan yang diberikan oleh Prof Noor.
Prof Noor sendiri adalah seorang dosen senior sekaligus orang terlama di Majelis Diklitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah, memiliki segudang pengalaman dalam menangani pendidikan di lingkungan Muhammadiyah. “Terimakasih Prof atas pencerahannya, semoga kehadiran dan nasehatnya menjadi pencerah bagi semua civitas akademika Unismuh Palu,”ujar Prof Rajindra.
Sumber:https://sultengraya.com/read/126384/wakil-ketua-majelis-diklitbang-dosen-ptma-harus-kedepankan-akhlak/