Civitas Akademika Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Palu, bersama warga perserikatan dan masyarakat Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu kembali melaksanakan salat Idul Fitri di halaman Gedung Rektorat, Senin (2/5/2022).
Pelaksanaan salat Idul Fitri kali ini berbeda dari tahun sebelumnya, dimana kali ini cukup padat dibanding tahun sebelumnya, bertindak sebagai imam salat Ni’mal Awwab Ibn Hanif (santri kelas X MBS Yogyakarta) dan Khatib Idul Fitri 1443 H, Hadie Soetjipto, B,Sc., S.Ag., M.Pd.i (Ketua PWM Sulteng).
Tampak hadir sejumlah pejabat, mantan rektor, dosen, dan pegawai kampus biru, serta mahasiswa.
Dalam khutbah yang disampaikan oleh Ketua PWM Sulteng Hadie Soetjipto, mengajak kepada para masyarakat, khususnya jamaah salat idul Fitri 1443 H untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasaila sebagai titik temu bagi setiap nilai yang ada di masing-masing kelompok masyarakat di Indonesia, baik dari sisi agama, maupun adat, terutama pada dimensi etika dan moral yang bersifat multiversal.
Katanya, sebagai umat manusia, masing-masing memiliki standar baku yang dapat dirujuk atas semua sikap dan prilaku terkait kepentingan bersama, itulah kitap suci.
Sementara sebagai warga bangsa, juga punya pedoman hidup, yaitu falsafah hidup yaitu Pancasila, dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, dengan penempatan sila Ketuhanan Yang Maha Esa pada urutan pertama dan utama, berarti nilai-nilai ketuhanan mensubernasi nilai-nilai sila berikutnya.
Berarti katanya, negara Pancasila bagaikan rumah surga bagi bangsa Indonesia, sebagaimana ungkapan Nabi Muhammad SAW yang terkenal yakni Rumaku adalah Surgaku.
Dengan itu, maka semua elemen bangsa, semua warga bangsa Indonesia yang berbeda kultur, budaya, agama, dan suku diajak bersama-sama menikmati keindahan, kenyamanan, kesejahteraan, dan serta keadilan, seolah-olah berada di surga.
“Pancasila dapat dipandang sebagai kalimatussawa, yaitu kalimat yang sama yang kita sepakati bersama sebagai kata tunggal pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk ini,”ujar Hadie.
Dalam hal ini kata Hadie, Pancasila bukan hanya sekadar pernyataan politik, tetapi pernyataan idiologi komitmen. Sebagai pernyataan politik, Pancasila diharapkan dapat mempersatukan berbagai bangsa dan berbagai kepentingan politik yang ada. Sementara sebagai pernyataan idiologi, Pancasila adalah titik temu bagi setiap nilai yang ada di masing-masing kelompok masyarakat, baik dari sisi agama, maupun adat, terutama pada dimensi etika dan moral yang bersifat multiversal.
Pastinya kata Hadie, Pluralisme keagamaan bukan berarti menyamakan agama, dalam hal ini perbedaan tidak boleh disama-samakan, dan persamaan tidak boleh dibeda-bedakan, Pancasila merupakan akomodasi nilai-nilai etika yang mengakar kuat dalam berbagai agama dan budaya untuk kepentingan hidup berbangsa dan bernegara.
Sumber:https://sultengraya.com/read/132197/rayakan-idul-fitri-1443-h-ketua-pwm-sulteng-ajak-masyarakat-amalkan-nilai-nilai-pancasila/